Seiring dengan perjalanan waktu
panjang Bangsa dan Negara Indonesia telah meraih Kemerdekaan atas segala
penjajahan dengan semakin maju pesat baik dari segi Politik, Budaya, Ekonomi,
Pendidikan, Teknologi dan Tata Cara Berkebangsaan dan Berkewarganegaraan telah
mengalami pasang surut yang sangat signifikan. Dimana nilai-nilai luhur yang
beradab terhadap ber-Bangsa dan ber-Negara dalam tata krama sopan santun
yang berbudi pekerti luhur sudah jauh
semakin ditinggalkan.
Banyaknya kepentingan-kepentingan
kelompok maupun golongan yang mengatasnamakan Suku, Agama, Ras dan Antar
Golongan telah mengesampingkan kesemua nilai-nilai luhur Bangsa dan Negara tanpa
penghargaan yang tinggi atas jasa-jasa para Pemimpin dan Pejuang Bangsa, dimana
pencapaiannya telah mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankan Harkat dan
Martabat Perjuangan Bangsa dan Negara.
Khilafnya Bangsa dalam Ber-Bhinneka Tunggal Ika
- Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:
"Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan,
internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya.
Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang
teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar,
dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan
abadi."
Perkembangan jaman telah membuat
bangsa yang besar ini terlena dalam kemajuannya. Pengesampingan Nilai-nilai
dasar yang luhur semakin lama semakin ditinggalkan pada era modern ini. Masyarakatnya
telah belajar banyak dalam berbangsa, namun dari kebanyakan lebih suka memaknai
nilai-nilai tersebut dalam pemahaman liberalisasi daripada demokrasi.
Dasar pemahaman yang telah dikemukakan
oleh Sang Proklamator dalam pembentukan Bangsa dan Negara Indonesia telah mulai
terkesampingkan. Baik itu dari nilai kebangsaan, nilai mufakat, nilai
permusyawaratan, nilai kesejahteraan, nilai Ketuhanan. Yang kesemuanya itu lebih
dimaknai dengan nilai ke-egoisme-an pada saat masa sekarang.
Pemahaman Nilai-nilai Luhur Pancasila
sebagaimana Ketetapan
MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas
dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan
Pancasila. Yang terdiri dari 5 (lima) sila, yaitu:
Sila pertama - Ketuhanan
Yang Maha Esa
1.
Percaya dan Takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2.
Hormat menghormati dan
bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang
berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3.
Saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4.
Tidak memaksakan suatu
agama dan kepercayaan kepada orang lain.
Sila Kedua - Kemanusiaan
yang adil dan beradab
1.
Mengakui persamaan
derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
2.
Saling mencintai
sesama manusia.
3.
Mengembangkan sikap
tenggang rasa.
4.
Tidak semena-mena
terhadap orang lain.
5.
Menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan.
6.
Gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan.
7.
Berani membela
kebenaran dan keadilan.
8.
Bangsa Indonesia
merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sila Ketiga - Persatuan
Indonesia
1.
Menempatkan kesatuan,
persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan.
2.
Rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan negara.
3.
Cinta Tanah Air dan
Bangsa.
4.
Bangga sebagai Bangsa
Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5.
Memajukan pergaulan
demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Sila Keempat - Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1.
Mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat.
2.
Tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain.
3.
Mengutamakan
musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4.
Musyawarah untuk
mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5.
Dengan itikad baik dan
rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
6.
Musyawarah dilakukan
dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7.
Keputusan yang diambil
harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.
Sila Kelima - Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1.
Mengembangkan
perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan gotong-royong.
2.
Bersikap adil.
3.
Menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban.
4.
Menghormati hak-hak
orang lain.
5.
Suka memberi
pertolongan kepada orang lain.
6.
Menjauhi sikap
pemerasan terhadap orang lain.
7.
Tidak bersifat boros.
8.
Tidak bergaya hidup
mewah.
9.
Tidak melakukan
perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10.
Suka bekerja keras.
11.
Menghargai hasil karya
orang lain.
12.
Bersama-sama berusaha
mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Dimana Ketetapan tersebut kemudian dicabut
dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila.
Sila pertama – Ketuhanan
Yang Maha Esa
1.
Bangsa Indonesia
menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Manusia Indonesia
percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3.
Mengembangkan sikap
hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4.
Membina kerukunan
hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5.
Agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6.
Mengembangkan sikap
saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7.
Tidak memaksakan suatu
agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Sila kedua – Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab
1.
Mengakui dan
memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Mengakui persamaan
derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
3.
Mengembangkan sikap
saling mencintai sesama manusia.
4.
Mengembangkan sikap
saling tenggang rasa dan tepa selira.
5.
Mengembangkan sikap
tidak semena-mena terhadap orang lain.
6.
Menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan.
7.
Gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan.
8.
Berani membela
kebenaran dan keadilan.
9.
Bangsa Indonesia
merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10.
Mengembangkan sikap
hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sila ketiga - Persatuan Indonesia
1.
Mampu menempatkan
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2.
Sanggup dan rela
berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3.
Mengembangkan rasa
cinta kepada tanah air dan bangsa.
4.
Mengembangkan rasa
kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5.
Memelihara ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6.
Mengembangkan
persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7.
Memajukan pergaulan
demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat - Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1.
Sebagai warga negara
dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2.
Tidak boleh memaksakan
kehendak kepada orang lain.
3.
Mengutamakan
musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4.
Musyawarah untuk
mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5.
Menghormati dan
menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
6.
Dengan iktikad baik
dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7.
Di dalam musyawarah
diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
8.
Musyawarah dilakukan
dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9.
Keputusan yang diambil
harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10.
Memberikan kepercayaan
kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
Sila kelima – Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1.
Mengembangkan
perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2.
Mengembangkan sikap
adil terhadap sesama.
3.
Menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban.
4.
Menghormati hak orang
lain.
5.
Suka memberi
pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6.
Tidak menggunakan hak
milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7.
Tidak menggunakan hak
milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
8.
Tidak menggunakan hak
milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
9.
Suka bekerja keras.
10.
Suka menghargai hasil
karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11.
Suka melakukan
kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Yang mana
kesemua butir-butir Pancasila tersebut yang merupakan dasar Berbangsa dan
Bernegara tanpa terasa telah semakin jauh kita tinggalkan. Kita tinggalkan dalam
pemahamannya, pengamalannya, pelaksanaannya. Sehingga, saat ini manifestasi
berbangsa dan bernegara bagai debu tertiup angin, pelan tapi
pasti.
Semoga
Bangsa dan Negara yang besar ini dapat memperbaiki jati dirinya sebagai bangsa yang besar.
Ttd. Putra Bangsa Indonesia
Kresno
Daftar Pustaka:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
Kresno
Daftar Pustaka:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
No comments:
Post a Comment