Sunday, January 17, 2016

Manisfestasi PANCASILA Yang Terlupakan

Seiring dengan perjalanan waktu panjang Bangsa dan Negara Indonesia telah meraih Kemerdekaan atas segala penjajahan dengan semakin maju pesat baik dari segi Politik, Budaya, Ekonomi, Pendidikan, Teknologi dan Tata Cara Berkebangsaan dan Berkewarganegaraan telah mengalami pasang surut yang sangat signifikan. Dimana nilai-nilai luhur yang beradab terhadap ber-Bangsa dan ber-Negara dalam tata krama sopan santun yang  berbudi pekerti luhur sudah jauh semakin ditinggalkan.

Banyaknya kepentingan-kepentingan kelompok maupun golongan yang mengatasnamakan Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan telah mengesampingkan kesemua nilai-nilai luhur Bangsa dan Negara tanpa penghargaan yang tinggi atas jasa-jasa para Pemimpin dan Pejuang Bangsa, dimana pencapaiannya telah mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankan Harkat dan Martabat Perjuangan Bangsa dan Negara.

Khilafnya Bangsa dalam Ber-Bhinneka Tunggal Ika
  • Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:

"Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi."


Perkembangan jaman telah membuat bangsa yang besar ini terlena dalam kemajuannya. Pengesampingan Nilai-nilai dasar yang luhur semakin lama semakin ditinggalkan pada era modern ini. Masyarakatnya telah belajar banyak dalam berbangsa, namun dari kebanyakan lebih suka memaknai nilai-nilai tersebut dalam pemahaman liberalisasi daripada demokrasi.

Dasar pemahaman yang telah dikemukakan oleh Sang Proklamator dalam pembentukan Bangsa dan Negara Indonesia telah mulai terkesampingkan. Baik itu dari nilai kebangsaan, nilai mufakat, nilai permusyawaratan, nilai kesejahteraan, nilai Ketuhanan. Yang kesemuanya itu lebih dimaknai dengan nilai ke-egoisme-an pada saat masa sekarang.

Pemahaman Nilai-nilai Luhur Pancasila sebagaimana Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Yang terdiri dari 5 (lima) sila, yaitu:


Sila pertama - Ketuhanan Yang Maha Esa
1.    Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2.   Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3.   Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4.   Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

Sila Kedua - Kemanusiaan yang adil dan beradab
1.   Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
2.   Saling mencintai sesama manusia.
3.   Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4.   Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5.   Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6.   Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7.   Berani membela kebenaran dan keadilan.
8.   Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Sila Ketiga - Persatuan Indonesia
1.   Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2.   Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3.   Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4.   Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5.   Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

Sila Keempat - Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1.   Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2.   Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.   Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4.   Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5.   Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
6.   Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7.   Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Sila Kelima - Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1.   Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2.   Bersikap adil.
3.   Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.   Menghormati hak-hak orang lain.
5.   Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6.   Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7.   Tidak bersifat boros.
8.   Tidak bergaya hidup mewah.
9.   Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Dimana Ketetapan tersebut kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila.
Sila pertama – Ketuhanan Yang Maha Esa

1.   Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.   Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3.   Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4.   Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5.   Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6.   Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7.   Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

Sila kedua – Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
1.   Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2.   Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3.   Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4.   Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5.   Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6.   Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7.   Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8.   Berani membela kebenaran dan keadilan.
9.   Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sila ketiga -  Persatuan Indonesia
1.   Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2.   Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3.   Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4.   Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5.   Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6.   Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7.   Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat - Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1.   Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2.   Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.   Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4.   Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5.   Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
6.   Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7.   Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
8.   Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9.   Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

Sila kelima – Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1.   Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2.   Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3.   Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.   Menghormati hak orang lain.
5.   Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6.   Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7.   Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
8.   Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
9.   Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Yang mana kesemua butir-butir Pancasila tersebut yang merupakan dasar Berbangsa dan Bernegara tanpa terasa telah semakin jauh kita tinggalkan. Kita tinggalkan dalam pemahamannya, pengamalannya, pelaksanaannya. Sehingga, saat ini manifestasi berbangsa dan bernegara  bagai debu tertiup angin, pelan tapi pasti.

Semoga Bangsa dan Negara yang besar ini dapat memperbaiki jati dirinya sebagai bangsa yang besar. 

Ttd. Putra Bangsa Indonesia
Kresno


Daftar Pustaka:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila


No comments:

Post a Comment