Normalnya, kata
tersebut digunakan sebagai umpatan pada saat emosi meledak, marah, atau untuk
membenci dan mengumpat seseorang. Namun, sejalan dengan perkembangan pemakaian
kata tersebut, makna kata jancok meluas hingga menjadi simbol keakraban dan
persahabatan khas di kalangan sebagian arek-arek Suroboyo.
Etimologi"Jancok"
Menurut Kamus
Online Universitas Gadjah Mada , istilah “jancuk,
jancok, diancuk, diancok, cuk, atau cok” didefinisikan sebagai “sialan,
keparat, brengsek (ungkapan berupa perkataan umpatan untuk mengekspresikan
kekecewaan atau bisa juga digunakan untuk mengungkapkan ekspresi keheranan atas
suatu hal yang luar biasa)”.
Sejarah Kata "Jancok"
Kata ini
memiliki sejarah yang masih rancu. Kemunculannya banyak ditafsirkan karena
adanya pelesetan oleh orang-orang terdulunya yang salah tangkap dalam
pemaknaannya, dimana versi-versi ini muncul dari beberapa negara tetangga yang
orang-orangnya mengucapkan kata yang memiliki intonasi berbeda namun fon-nya
hampir sama. Dikarenakan orang-orang dari beberapa negara tetangga tersebut
mengucapkan kata yang hampir mirip kata jancok itu dengan ekspresi marah
atau geram dan semacamnya, orang-orang Jawa dulu mengartikan kata jancok
(menurut lidah orang Jawa) adalah kata makian.
Setidaknya
terdapat empat versi asal-mula kata "Jancok"
Salah satu
versi asal-mula kata “Jancuk” berasal dari kata Da’Suk. Da’
artinya “meninggalkanlah kamu”, dan assyu’a artinya “kejelekan”,
digabung menjadi Da’Suk yang artinya “tinggalkanlah keburukan”. Kata tersebut
diucapkan dalam logat Surabaya menjadi “Jancok”.
Versi penjajahan Belanda
Menurut Edi
Samson, seorang anggota Cagar Budaya di Surabaya,
istilah Jancok atau Dancok berasal dari bahasa
Belanda “yantye ook” yang memiliki arti “kamu juga”. Istilah
tersebut popular di kalangan Indo-Belanda sekitar tahun 1930-an. Istilah
tersebut diplesetkan oleh para remaja Surabaya untuk mencemooh warga Belanda
atau keturunan Belanda dan mengejanya menjadi “yanty ok” dan terdengar seperti
“yantcook”. Sekarang, kata tersebut berubah menjadi “Jancok” atau “Dancok”.
Versi penjajahan Jepang
Kata “Jancok” berasal
dari kata Sudanco berasal dari zaman romusha
yang artinya “Ayo Cepat”. Karena kekesalan pemuda Surabaya pada saat itu, kata
perintah tersebut diplesetkan menjadi “Dancok”.
Versi umpatan
Warga Kampung
Palemahan di Surabaya memiliki sejarah oral bahwa kata “Jancok” merupakan akronim
dari “Marijan ngencuk” (“Marijan berhubungan badan”). Kata encuk
merupakan bahasa Jawa
yang memiliki arti “berhubungan badan”,
terutama yang dilakukan di luar nikah. Versi lain menyebutkan bahwa kata
“Jancuk” berasal dari kata kerja “diencuk”. Kata tersebut akhirnya
berubah menjadi “Dancuk” dan terakhir berubah menjadi “Jancuk” atau “Jancok”.
Makna
Kata “Jancok”
merupakan kata yang tabu
digunakan oleh masyarakat Pulau Jawa secara umum karena memiliki konotasi
negatif. Namun, penduduk Surabaya dan Malang menggunakan kata tersebut sebagai identitas komunitas
mereka sehingga kata
“Jancok” memiliki perubahan makna ameliorasi (perubahan
makna ke arah positif).
Sujiwo Tedjo
mengatakan:
“Jancuk” itu
ibarat sebilah pisau. Fungsi pisau sangat tergantung dari user-nya
dan suasana psikologis si user. Kalau digunakan oleh penjahat, bisa jadi
senjata pembunuh. Kalau digunakan oleh seorang istri yang berbakti pada
keluarganya, bisa jadi alat memasak. Kalau dipegang oleh orang yang sedang
dipenuhi dendam, bisa jadi alat penghilang nyawa manusia. Kalau dipegang orang
yang dipenuhi rasa cinta pada keluarganya bisa dipakai menjadi perkakas untuk
menghasilkan penghilang lapar manusia. Begitupun “jancuk”, bila diucapkan
dengan niat tak tulus, penuh amarah, dan penuh dendam maka akan dapat
menyakiti. Tetapi bila diucapkan dengan kehendak untuk akrab, kehendak untuk
hangat sekaligus cair dalam menggalang pergaulan, “jancuk” laksana pisau bagi
orang yang sedang memasak. “Jancuk” dapat mengolah bahan-bahan menjadi jamuan
pengantar perbincangan dan tawa-tiwi di meja makan.(Sujiwo Tedjo, 2012,
halaman x)
Jancuk
merupakan simbol keakraban. Simbol kehangatan. Simbol kesantaian. Lebih-lebih
di tengah khalayak ramai yang kian munafik, keakraban dan kehangatan serta
santainya “jancuk” kian diperlukan untuk menggeledah sekaligus membongkar
kemunafikan itu. (Sujiwo Tejo. 2012 : 397)
Dalam
konferensi pers konser Mahacinta Rahwana di JX Internasional pada
tanggal 18 November 2013, Sitok Srengenge menambah keterangan Sujiwo Tedjo
yang menegaskan bahwa konsep dan filosofi jancukers tumbuh di Jawa Timur,
khususnya Surabaya:
"Di
sinilah sebuah republik bernama Republik Jancukers itu tumbuh dan memunculkan
definisi baru mengenai kata jancuk yang sudah tidak identik dengan konotasi
negatif."
Kata seru
Kata ‘Jancok”,
atau “cok” dalam bentuk singkatnya, digunakan sebagai kata seru
untuk menunjukkan perasaan yang muncul, baik perasaan yang bersifat negatif
maupun positif. Contoh kalimat:
- "Cok, ora usah cekel-cekel!" ("Cok, tidak usah pegang-pegang!")
- "Wih, apik'e, Cok!" ("Wih, bagusnya, Cok!")
Kata sapaan
Diantara para
pengguna, kata “Jancok” juga digunakan sebagai kata sapaan
untuk mengungkapkan kemarahan atau menunjukkan kedekatan hubungan di antara
teman.
Karena konotasi
buruk yang melekat pada istilah “Jancok”, seseorang akan menjadi marah jika
dipanggil menggunakan kata tersebut. Hal tersebut tidak berlaku di antara teman
karib, yang malah menunjukkan bahwa kedekatan hubungan mereka membuat mereka
tidak akan saling marah jika dipanggil dengan kata “Jancok”.
Meskipun
tergolong bahasa gaul
anak muda, kata tersebut masih terasa tidak pantas untuk digunakan memanggil
orang tua karena arti sebenarnya adalah perkataan kotor.
Contoh kalimat:
- "Cok, nang endi ae koe?" ("Cok, kemana saja kamu?")
- "Ojo meneng ae, Cok!" ("Jangan diam saja, Cok!")
- "Mlaku-mlaku yok, Cok." ("Jalan-jalan yuk, Cok.")
- "Jancuk, yok opo kabare rek ?" ("Jancuk, gimana kabarnya kawan")
KATA "JANCOK" bukan
KATA "JANCOK" adalah Simbol KEAKRABAN DAN PERSAHABATAN
Khas Arek SOERABAIA
Okrek Jeh....!!!
Muwanteb tulisan pean iki, cok.... 🍻
ReplyDeleteMuwanteb tulisan pean iki, cok.... 🍻
ReplyDeletehahahaha...suwun cak... :D
DeleteOklek... Cok!!
ReplyDeleteHahahaa..
Siaaaap
Delete