Banjir...Oh...Banjir...
Ya mungkin
begitulah sedikit gambaran asa masyarakat terdampak bencana banjir. Setiap kali
memasuki musim penghujan perasaan was-was dimasyarakat mulai sangat terasa.
Dari perasaan was-was rumah akan kebanjiran, jalanan menjadi akses bekerja
terendam air, usaha perniagaan menengah kebawah terhenti. Belum lagi perasaan
was-was disaat derasnya arus banjir ada korban hanyut.
Media massa baik
cetak dan elektronik slalu mengabarkan berita terkini yang merupakan berita
langganan dan pasti disaat musim penghujan setiap tahunnya.
Didalam media ini
saya mencoba menjelentrehkan sedikit tentang apa itu "BANJIR" yang
sudah menjadi momok masyarakat dikala musim penghujan tiba.
BANJIR...
Ya Banjir...
Banjir adalah suatu fenomena alam yang
umum terjadi di alam semesta ini dan biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak
dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan
sebagainya adanya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan
bumi kawasan tersebut.
Dalam artian luas adalah merupakan
suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi
yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume
air yang mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah
hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.
Aliran Permukaan = Curah Hujan –
(Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)
Air hujan sampai di permukaan Bumi dan
mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur
sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di suatu
kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi
pantai ketika aliran air masuk ke laut.
Secara sederhana, segmen aliran sungai
itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.
1. Daerah
hulu: terdapat
di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai sempit dan potongan
melintangnya berbentuk huruf “V”. Di dalam alur sungai banyak batu yang
berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai mengalir
di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai
sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air
sungai.
2. Daerah
tengah: umumnya merupakan daerah
kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit. Alur sungai melebar dan potongan
melintangnya berbentuk huruf “U”. Tebing sungai tinggi. Terjadi erosi pada arah
horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai melebar, dan di dasar
alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila debit air
meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam
alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur
sungai.
3.
Daerah
hilir: umumnya merupakan
daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan tebing sungai
yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat
berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”. Di kiri dan
kanan alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air
sungai yang meluap, sehingga dikenal sebagai “dataran banjir”. Di segmen ini
terjadi pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir yang
menghasilkan dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang mengerosi endapan
sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya.
Dari karakter segmen-segmen aliran
sungai itu, maka dapat dikatakan bahwa :
1. Banjir
merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan banjir,
sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka
pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal
sebagai “delta sungai.”
2. Banjir
yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan melanda dataran
di kiri dan kanan aliran sungai. Di daerah tengah, banjir hanya terjadi di
dalam alur sungai.
Kesimpulannya mungkin adalah suatu
peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas
saluran air, terutama di selokan sungai.
Ragam macam banjir
1. Banjir air
Banjir yang satu ini adalah banjir
yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya air sungai, danau, atau
selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya banjir
seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus sehingga sungai atau
danau tidak mampu lagi menampung air.
2. Banjir “Cileunang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama
dengan banjir air. Namun banjir cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat
deras dengan debit air yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena
air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau
selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang
cukup lama, maka banjir cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat
hujan tiba).
3. Banjir bandang
Tidak hanya banjir dengan materi air,
tetapi banjir yang satu ini juga mengangkut material air berupa lumpur. Banjir
seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air karena seseorang tidak
akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk menyelamatkan
diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya
sangat tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah
pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan
yang lebih rendah. Biasanya banjir bandang ini akan menghanyutkan sejumlah
pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar. Material-material ini tentu dapat
merusak pemukiman warga yang berada di wilayah sekitar pegunungan.
4. Banjir rob (laut pasang)
Banjir rob adalah banjir yang
disebabkan oleh pasangnya air laut. Air laut yang pasang ini umumnya akan
menahan air sungai yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan
menggenangi daratan.
5. Banjir lahar dingin
Salah satu dari macam-macam banjir
adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika
erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak
gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini
mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan
dapat meluber ke pemukiman warga.
6. Banjir lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan
peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang,
tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan menggenangi
daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa,
tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat
ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik,
malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur
utama.
Banjir-banjir besar di Indonesia
Definisi banjir dalam pembahasan ini
adalah banjir besar yang hampir melumpuhkan kota-kota besar di Indonesia
seperti Kota Jakarta.
Banjir yang terjadi saat ini adanya
kecenderungan periode 5-6 tahun pada peristiwa banjir besar. Jika diamati,
terdapat kesamaan pola pada hadirnya cold surge, yaitu massa
udara dingin yang terbawa oleh sirkulasi angin utara-selatan (meredional) akibat
gangguan tekanan tinggi (high pressure disturbance) di daerah
Siberia, melewati ekuator di Selat Karimata, dan mencapai laut dan pesisir
utara Jawa dengan kecepatan yang konsisten, lebih dari 10 meter/detik (m/det)
dan berlangsung selama 12-24 hari.
Selain faktor hadirnya cold
surge, juga memiliki korelasi dengan gangguan atmosfer dalam bentuk osilasi
gelombang Maden-Julian Oscillation (MJO) yang memiliki periode 30-50 hari dan
kondisi iklim regional El Nino/La Nina Southern Oscillation (ENSO) dan Indian
Ocean Dipole (IOD) dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
MJO menjadi faktor dominan kedua
selain cold surge yang menyebabkan banjir. Fenomena MJO
terkait langsung dengan pembentukan kolam panas di Samudra Hindia bagian timur
dan Samudra Pasifik di bagian barat sehingga pergerakan MJO ke arah timur
bersama angin barat (westerly wind) sepanjang ekuator selalu
diikuti dengan konveksi awan kumulus tebal.
Awan konvektif ini menyebabkan hujan
dengan intensitas tinggi sepanjang penjalarannya yang menempuh jarak 100
kilometer dalam sehari di Samudra Hindia dan 500 kilometer per hari ketika
berada di Indonesia. Selain meningkatkan curah hujan, terutama ketika
kondisi iklim regional, MJO juga menyebabkan munculnya siklon tropis dan
gangguan instabilitas atmosfer, seperti depresi atau tekanan rendah. Hal ini
dapat dilihat pada intensitas curah hujan tinggi dan dalam waktu cukup
lama (torrential rains) .
Cold surge yang membawa uap air hangat dari Laut
China Selatan dan Selat Karimata menyebabkan konvergensi angin (datang dari
arah barat daya) bertekanan rendah di permukaan (0-3 km) yang secara intensif
dan berlangsung cukup lama. Sebaliknya di lapisan menengah (lebih dari 3
kilometer) berembus angin tenggara yang berlawanan dengan arah angin di lapisan
bawahnya dan membawa massa udara kering akibat proses depresi di Samudra Hindia
bagian timur pada saat meluruhnya IOD.
Hal tersebut menyebabkan gaya gesekan
angin secara menegak (wind vertical shear) yang besar di
permukaan dan menjadi kondisi sangat kondusif untuk intensifikasi pembentukan
awan kumulus dalam waktu lama dan berulang dalam sehari (Rotunno dkk,1988)
Kondisi ini dapat dilihat saat cold
surge hadir dalam waktu cukup lama (12 hari) dan meningkatkan durasi
curah hujan harian dengan pola hujan yang terjadi sepanjang malam
(pukul.20.00-22.00) selama 4-5 jam, berhenti sebentar pada dini hari, dan hujan
lagi pada pagi hari (Pk.08.00-10.00) selama 3-4 jam. Bahkan pada kondisi cold
surge memiliki kecepatan maksimum (15 m/det), hujan pada malam hari
terus berlangsung sampai pagi, 8-9 jam.
Dari uraian di atas tampak paling
tidak ada 3 faktor dominan yang menyebabkan banjir, yaitu kehadiran cold
surgedengan kecepan angin dari arah barat daya lebih besar 10 m/det dan
berlangsung dalam waktu cukup lama (12-24 harian); fase aktif osilasi gelombang
MJO dalam periode 30-50 harian; dan kondisi lokal adanya massa udara kering
pada lapisan menengah (lebih dari 3 km) yang menyebabkan meningkatnya
instabilitas angin secara menegak dan pada gilirannya menjadi kondisi kondusif
pembentukan awan kumulus melalui proses konveksi pada saat cold
surge berada di lapisan permukaan (0-3 km).
Menimbang skematis uraian ketiga
faktor tersebut, dewasa ini curah hujan tidak dapat diprediksi secara akurat
akibat pemanasan global yang menyebabkan iklim menjadi tidak menentu.
Penyebab terjadinya banjir:
1. Sungai
a. Lama
Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran
sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan
depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan
drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat
mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
b. Cepat
Termasuk banjir bandang akibat
curah hujan konvektif (badai petir besar)
atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor, atau gletser.
Sungai-sungai yang membelah kota-kota
besar sudah tidak lagi berfungsi maksimal dalam menampung air. Selain karena
pendangkalan dan rumah-rumah penduduk yang menyemut di sepanjang pinggirannya,
juga karena sungai-sungai ini penuh dengan sampah. Berbagai jenis sampah dapat
ditemukan di badan sungai. Di beberapa tempat, tumpukan sampah itu begitu
banyak sehingga menjadi sebuah daratan yang dapat diinjak manusia.
2. Muara : Biasanya
diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin badai. Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropismasuk
dalam kategori ini.
3. Pantai : Diakibatkan
badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau
hurikan). Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropismasuk
dalam kategori ini.
4. Peristiwa Alam : Diakibatkan
oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau
bencana lain seperti gempa bumi dan
letusan gunung berapi.
5. Manusia : Kerusakan
akibat aktivitas manusia, baik disengaja atau tidak merusak keseimbangan alam.
6. Lumpur : Banjir
lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen
kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau
penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai
daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah bukit, dan tidak sama
dengan aliran lumpur yang diakibatkan pergerakan massal.
7. Lainnya : Banjir
dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan)
dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).
Dampak yang ditimbulkan oleh banjir
1. Primer
Kerusakan
fisik - Mampu
merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.
2. Sekunder
b. Penyakit - Kondisi tidak higienis.
Penyebaran penyakit bawaan air.
c. Pertanian
dan persediaan makanan -
Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah
dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah
mineral tanah setempat.
e. Transportasi - Jalur transportasi rusak,
sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.
3. Dampak tersier/jangka panjang
Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena
kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir; dalam sector pariwisata,
menurunnya minat wiasatawan; biaya pembangunan kembali; kelangkaan
makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.
Dari berbagai dampak negatif yang
ditimbulkan, ternyata banjir (banjir air skala kecil) juga dapat membawa banyak
keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan
nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering
dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir
tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai
dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di
dataran. Banjir menambahkan banyak nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin
memajukan industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena
kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan
banyak nutrisi).
Penanggulangan banjir
Mencegah dan menanggulangi banjir tak
dapat dilakukan oleh pemerintah saja atau orang perorang saja. Dibutuhkan
komitmen dan kerjasama berbagai pihak untuk menghindarkan kota-kota besar di
Indonesia dari banjir besar.
1. Membuat lubang-lubang serapan air
2. Memperbanyak
ruang terbuka hijau
3. Mengubah
perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah
raksasa
Manusia yang mengakibatkan banjir, manusia
pula yang harus bersama-sama menyelamatkan kota. Menyelamatkan kota dari banjir
besar bukan hanya karena berarti menyelamatkan harta benda pribadi, namun juga
menyelamatkan wajah bangsa ini di mata dunia.
Partisipasi seluruh elemen masyarakat
harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat terlaksana
secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil
tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan
banjir. Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan
sebelum banjir penanganan saat banjir , dan pemulihan setelah banjir. Tahapan
tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan banjir yang
berkesinambungan, Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus (life
cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk
pencegahan sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara
menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di
wilayah sungai sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan non-fisik seperti
pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.
Demikian sedikit gambaran tentang BANJIR, mudah-mudahan manfaat.
No comments:
Post a Comment